PAMA Dukung Petani Kutim Kendalikan OPT dengan Cara Murah dan Ramah Lingkungan

Loading

INSPIRASIMEDIA.COM, SANGATTA – Keterbatasan modal dan mahalnya harga pestisida masih menjadi kendala utama bagi petani padi di Kutai Timur (Kutim).

Pola budidaya yang belum terencana juga memicu serangan hama, seperti tikus, penggerek batang, dan walang sangit, yang merugikan hasil panen.

Merespons persoalan tersebut, PT Pamapersada Nusantara (PAMA) bersama Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) melalui Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) Pama Banua Etam meluncurkan program pendampingan intensif bertajuk Pendampingan Pengenalan Penanggulangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT).

Program ini menyasar 10 kelompok tani binaan Astra di Sangatta Selatan dan Bengalon, berlangsung sejak 31 Juli hingga 13 September 2025.

“Petani perlu diberikan pilihan-pilihan yang bisa mereka akses dalam mengendalikan hama penyakit tanaman. Pendekatan yang ramah lingkungan diyakini akan memberi dampak jangka panjang yang lebih baik bagi hasil panen,” kata Ishak Pardede, CSR PAMA Jobsite KPC Mining Coal Project.

Pendampingan dipimpin instruktur Ramlah, S.P., M.P., dosen STIPER Kutim. Ia menekankan pentingnya pengendalian hama terpadu yang tidak hanya berfokus pada satu jenis hama.

“Mengendalikan hama perlu melihat dampak upaya yang dilakukan secara lebih luas, jangan sampai justru meningkatkan populasi hama yang lain,” terangnya.

Petani pun menyambut baik program ini. “Selama ini tingkat serangan tikus cukup tinggi di sawah kami. Pendampingan ini memberikan alternatif pengendalian hama yang mudah kami lakukan,” kata Suparti.

Dalam evaluasi lapangan, terungkap bahwa sebagian besar petani belum memahami penggunaan jenis pestisida dan peran rantai makanan dalam ekosistem sawah.

Melalui program ini, petani diajak memahami cara pengendalian yang lebih efektif sekaligus ramah lingkungan.

Koordinator LPB Pama Banua Etam, Hendra, optimistis program ini mampu meningkatkan produktivitas

“Kami berupaya memberikan opsi-opsi yang lebih mudah diterapkan. Harapannya produktivitas petani naik dari 4 ton per hektare menjadi 6 ton per hektare,” ujarnya.

Program pendampingan ini tidak hanya sekadar pelatihan teknis, tetapi juga diharapkan mengubah paradigma petani.

Dengan mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia dan mengenalkan metode pengendalian hama terpadu, petani diajak berpikir lebih holistik, memahami siklus hidup hama, serta menciptakan lingkungan sawah yang lebih sehat dan subur. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini