Memperkuat Sektor Pangan Sebagai Jaminan Masa Depan Kutai Timur
![]()

SANGATTA—Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Kutim) mencatat pencapaian ekonomi yang signifikan pada tahun 2024. Pertumbuhannya mencapai 9,82%, jauh di atas rata-rata nasional. Namun, pertumbuhan impresif ini ditopang oleh kontribusi sektor pertambangan yang sangat besar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), yaitu 75,53%.
Hal ini jadi pencapaian membanggakan, tapi di sisi lain juga jadi sebuah kekhawatiran. Kontribusi yang terlalu besar di satu sektor, dapat menjadi masalah bila sektor tersebut mengalami guncangan. Misalnya harga komoditas andalan yang merosot.
Risiko ketidakseimbangan dan dampak sosial
Struktur ekonomi yang tidak seimbang ini membuat Kutai Timur sangat rentan terhadap gejolak harga komoditas, seperti batu bara, di pasar global. Hal ini tercermin dari penurunan indeks implisit daerah ketika harga batu bara mengalami penurunan pada 2024.
Meskipun menjadi penopang utama PDRB, sektor pertambangan tidak banyak menyerap tenaga kerja jika dibandingkan dengan sektor pertanian. Akibatnya, manfaat pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum sepenuhnya terasa secara merata oleh masyarakat. Hal ini diperkuat dengan penurunan PDRB per kapita sebesar 6,75% pada tahun yang sama, yang antara lain disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang lebih cepat dibanding pertumbuhan ekonomi.
“Yang masalah kesejahteraan ini kan pada umumnya kelompok petani yang kurang. Sesungguhnya kita, pemerintah kabupaten Kutai Timur, harus berfikir yang sekarang kita bangga-bangakan adalah tentang adanya tambang dan para investor, termasuk perkebunan,” ujar Yulianus Palangiran, Anggota DPRD Kutim.
Mendesak prioritas ketahanan pangan pascatambang
Melihat situasi ini, Yulianus Palangiran mendesak Pemerintah Kabupaten Kutai Timur untuk memikirkan masa depan setelah eksploitasi tambang. Yulianus mengkritik bahwa para investor dan kebijakan yang ada saat ini dinilai tidak mempersiapkan langkah setelah operasi pertambangan berakhir. “Tidak berfikir setelah pasca tambang apa yang harus dilakukan,” tambahnya.
Ia menekankan bahwa aspek lain justru lebih krusial dan belum menjadi program yang nyata. “Bagi saya, tidak kalah pentingnya adalah untuk mempertahankan ketahanan pangan yang berkelanjutan dan ini program belum,” tegasnya.
Desakan ini sejalan dengan perlunya diversifikasi ekonomi untuk membangun ketahanan daerah yang lebih kokoh di masa depan. Sebab, sektor pangan akan menjadi sektor vital di masa depan. Fakta yang saat ini terjadi, banyak area pertanian berkurang di berbagai daerah dan juga berbagai negara. Komoditas pangan, akan menjadi tulang punggung ekonomi di masa depan. (ADV)



Tinggalkan Balasan