Pesta Adat Lom Plai, PJ Gubernur Kaltim dan Bupati Kutim Dorong Pelestarian Budaya

Loading

Inspirasimedia.com, SANGATTA – Tradisi tahunan pesta adat dan budaya Lom Plai Masyarakat suku Dayak Wehea Desa Nehas Liah Bing, Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur (Kutim), Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), Senin (15/4/2024).

Lom Plai merupakan ritual panen padi sebagai bentuk rasa syukur masyarakat suku Dayak Wehea kepada tuhan atas panen yang melimpah, kesejahteraan, dan kemakmuran. Pesta ini dikenal dengan kesakralangnya, ia juga termasuk dalam Karisma Event Nusantara (KEN), kegiatan andalan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Republik Indonesia (RI).

Dalam Kesempatan itu, PJ Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim), Akmal Malik yang turut hadir di pesta adat dan budaya masyarakat suku Dayak Wehea tersebut mengucapkan, atas nama Pemprov Kaltim dirinya mengucapkan terima kasih dan apresiasi untuk Lembaga Adat Dayak Wehea yang sudah menggelar kegiatan Lom Plai.

“Saya hadir di tengah masyarakat Desa Nehas Liah Bing ini memang sangat bernilai kearifan lokal yang saya lihat ya, Wehea luar biasa harus terus kita lestarikan. Saya sarankan setiap penyelenggaraan, kita juga mengundang wisatawan mancanegara dan berbaur dengan budaya lain agar lebih meriah dan lebih dikenal,” ujarnya.

Tak hanya PJ Gubernur Kaltim. Orang nomor satu di Kutim Ardiansyah Sulaiman yang juga hadir pada kegiatan itu, memberikan apresiasi kepada Lembaga Adat Besar Wehea sebab tetap mempertahankan adat dan budaya dalam pesta adat atau yang dikenal dengan sebutan Lom Plai.

Lebih lanjut, ia menambahkan, Ini sangat menunjukkan kearifan lokal, dan hari ini dirinya melihat langsung puncak acara Lom Plai dalam Embob Jengea yang sarat dan penuh nilai-nilai dalam mempertahankan kearifan lokal.

“Kegiatan ini juga dimeriahkan dengan lomba olahraga tradisional seperti begasing, engrang hingga sumpit. Dan turut dimeriahkan dengan pameran UMKM lokal. Dan setelah puncak Embob Jengea pada hari ini masih ada rangkaian kegiatan lanjutan Lom Plai di tanggal 22 April 2024 yakni Ngeldung dan 24 April 2024 ada Emboss Epaq Plai yang menjadi acara terakhir,” ungkapnya.

Terakhir ditegaskanya bahwa, Lom Plai yang sarat akan nilai serta dikenal dengan kesakralannya lewat ritual mesti terus dan harus dilestarikan. Ia juga mengatakan kegiatan ini dapat menopang dan meningkatkan ekonomi kerakyatan.

“Pada hari ini kita menyaksikan sejarah bentuk budaya Lom Plai sehingga kami berharap kegiatan ini menjadi kegiatan terpenting juga dalam meningkatkan ekonomi kerakyatan. Kepada masyarakat yang memiliki kemampuan berkreasi berproduksi budaya, silakan ditampilkan menjadi bagian penopang ekonomi kerakyatan,” terang Ardiansyah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini