Puncak Acara Pesta Adat Lom Plai Masyarakat Suku Dayak Wehea

Loading

Inspirasimedia.com, SANGATTA – Sejak 15 Maret 2024 dimulainya pesta adat dan budaya Lom Plai masyarakat suku Dayak Wehea, kini tiba pada acara puncak 20 . Berbagai rangkaian kegiatan mulai dari Ngesea Egung kemudian pada 16-19 Maret 2024 ada Laq Pesyai, Pesyai Duq Min, Pesyai Wet Min, Naq Heyang, Ngelwung Pan, Naq Unding, Ndie Emnan hingga Naq Jengea.

Lom Plai kegiatan yang terdiri dari gabungan enam desa yakni Desa Bea Nehas, Diak Lay, Dea Beq, Long Wehea, Diak Leway, dan Desa Nehas Liah Bing.

Sebelum menuju pada inti acara, kegiatan Naq Pluq (memasak lemang) dan beangbit (kue khas Wehea yang dimasak dalam bambu). Masing- masing keluarga membuat lemang dan kue dari tepung beras baru berasal dari padi yang baru dipanen.

Setelah itu, dilangsungkan pada inti ritual adat Embos Min atau pembersihan kampung. Selama pembersihan kampung maka warga dikerahkan untuk ke Tiaq Diaq Jengea.

Pj Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) Akmal Malik Bersama dengan Bupati Kutai Timur (Kutim) Ardiasnyah Sulaiman yang menghadiri acara puncak tersebut. Ikut dalam rombongan Tiaq Diaq Jengea. Yaitu ritual warga turun ke pondok darurat di tepi Sungai Wehea.

Makna dari Tiaq Diaq Jengea adalah pembersihan kampung oleh para perempuan dewasa Wehea. Ritual pembersihan kampung disebut Embos Min, yang dimaksudkan untuk membuang segala kesialan dan kejahatan yang ada di dalam kampung.

Selama Embos Min berlangsung tidak ada satu pun yang boleh melintas, baik itu hewan mau pun manusia. Selama acara ditepi Sungai masyarakat akan disajikan beberapa atraksi antara lain, adalah tarian di atas rakit yakni Seksiang (perang-perangan di atas perahu) dan Plaq Saey atau lomba dayung perahu. Tarian di atas rakit ditampilkan oleh muda-mudi Wehea dari Sanggar Tari Kelang Tegai yang ada di Desa Nehas Liah Bing. Tarian ini merupakan tarian kreasi. Setelah tarian kreasi dilanjutkan oleh Seksiang.

Selanjutnya, kegiatan Eweang Puen atau mendatangi rumah adat besar yang berada di hilir kampung untuk menyaksikan ritual adat Mengsaq Pang Tung Eleang. Mengsaq Pang Tung Eleang merupakan ritual yang menjadi penanda bahwa masyarakat sudah boleh Bea Mai Min atau naik ke kampung dari jengea (pondok darurat). Lagi-lagi Pj. Gubernur kaltim dan Bupati kutim beserta para rombongan mengikuti ritual tersebut.

Proses ritual Mengsaq Pang Tung Eleang yaitu seorang ketua adat akan disiram oleh seorang gadis, kemudian ketua adat mendahului naik dan akan diikuti oleh masyarakat. Kemudian, Pengsaq dan Peknai.

Pengsaq artinya siram-siraman dan Peknai artinya pemberian arang di wajah. Orang-orang yang disirami dan diberi arang diwajahnya tidak boleh marah. Ada pun aturan dalam pengsaq dan Peknai adalah tidak boleh menyirami atau memberi arang pada wajah orang yang memiliki bayi atau memberi arang pada wajah orang yang sakit.

Terakhir, pementasan Tari Long Diang Yung, ritual khusus Wehea dilanjutkan dengan Tarian Hudoq di Lapangan Sepak Bola Desa Nehas Liah Bing.

“Seni budaya Wehea ini luar biasa, harus kita lestarikan,” ucap Pj Gubernur Kaltim Akmal Malik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini